Thursday 28 June 2018

Salah faham terhadap Bobolian – ritual bertempur dengan roh jahat secara spiritual menurut agama tradisi Dusun.


Pada umumnya ketika ada orang mengikuti suatu ritual agama tradisi Dusun, banyak orang yang dengan mudah menghakimi bahwa penggunaan binatang-binatang dalam ritual tersebut berfungsi sebagai persembahan untuk setan dan iblis. Kenyataan ini mungkin benar pada Bobolian tertentu, tapi ada perbezaan antara Bobolian dari kelompok seperti itu dengan Bobolian yang hanya mengabdi kepada Kinorohingan (Minamangun). Dalam ritual tertentu, Bobolian yang mengabdi kepada Tuhan yang mereka sebut “Kinorohingan” ini menggunakan binatang-bintang tertentu hanya sebagai medium untuk mengancam roh-roh jahat. Misalnya dalam kes orang yang jatuh sakit kerana rohnya diculik atau ditangkap oleh Tompuan (bunian) yang menyukai lelaki itu, penggunaan binatang-binatang dalam ritual bukanlah sebagai persembahan tapi sebagai alat untuk mengancam. Bobolian perlu naik ke langit ke-7 terlebih dahulu untuk berkonsultasi dengan Kinorohingan, meminta petunjuk dan kuasa daripadanya. Dari salah seorang Bobolian yang pernah saya termuramah, ritual itu dijalankan kira-kira seperti ini :
1. Ritual Miontong dijalankan untuk mendiagnosis penyakit lelaki itu, tujuannya untuk mencari penyebab dia sakit dan untuk menentukan sogit yang harus disediakan dan cara menyembuhkannya. Untuk ini Bobolian menggunakan Komburongohnya dan berkonsultasi dengan Susukuon yang tinggal di dalamnya. Susukuon merupakan roh baik, semacam malaikat yang dicipta oleh Kinorohingan untuk membantunya dalam ritual-ritual keagamaan. Susukuon selalunya berhubung dengan Bobolian melalui Komburongoh, Rinukut-nukut atau Gonding. Istilah “susukuon” dalam Bahasa Dusun, ertinya “tempat untuk merujuk”.
2. Bobolian mengejutkan Komburongohnya dengan berkata : “Posik kou bakai ti Komburongoh ku, haro kaka monsokitan, om mikiontong nodi kaka diolo nu noh kaka kolingos”. Kemudian Bobolian berkata lagi : “Posik no ti sundu ku Komburongoh”. Komburongoh kemudian menyahut Bobolian : “Noposik noh tii, nu kaka pogintanan nu?”. Bobolian menjawab : “Pogintanaan oku nopo dikoyu nga, sumakit kaka ie kuoh (nama orang) ma, nu di kaka di boh kaka kolingos ilo? Kolingos bakai manuk?”. Jikalau ayam tidak dapat menyembuhkan maka Komburongoh akan menjawab : “Au”. Kemudian Bobolian akan bertanya lagi : “Kolingos bakai wogok?”. Jikalau babi dapat menyembuhkan maka Komburongoh akan berkata “kolingos”. Jadi perbualan antara Bobolian dan Komburongohnya seperti yang diatas itu bertujuan untuk mencari apakah Sogit yang dapat dipakai untuk menyembuhkan penyakit orang itu.
3. Tapi kadang-kadang Komburongoh sendiri tidak tahu penyebab penyakit orang ini, sogit dan cara menyembuhkannya, kerana dia bukanlah Tuhan, maka dia memiliki keterbatasan pengetahuan. Maka, Bobolian akan mengutus Komburongohnya ke Libabou untuk meminta petunjuk dari Kinorohingan (Tuhan) pula. Sekali lagi, roh yang disebut “Susukuon” yang ada di dalam Kumborongoh merupakan roh yang dicipta oleh Kinorohingan untuk membantu manusia dan merupakan roh yang baik, peranannya adalah sebagai “susukuon (tempat rujukan)” dan sebagai perantara antara Bobolian dan Kinorohingan (Tuhan).
4. Bobolian akan bersama-sama Komburongohnya atau 
mengutus Komburongoh sendirian untuk naik ke Libabou/Dewato untuk bertemu Kinorohingan. Dalam istilah Momolianisme, mengutus Komburongoh ke Libabou disebut “pohindakado/minsawat”, bererti “menaikkan/naik ke atas”, yakni naik ke syurga untuk bertemu dengan Kinorohingan. Tujuan Komburongoh di “hindakado(diutus ke Libabou)” ialah untuk meminta “tutuduk (petunjuk)” dan “sundu (kekuatan sakti atau kuasa)” dari Kinorohingan dalam menyembuhkan penyakit. Kalau Bobolian memutuskan untuk mengutus komburongohnya naik ke atas, Bobolian akan berkata kepada Komburongoh : “Ongoi kou logut hilo Kinorohingan”, kemudian Bobolian membacakan Rinait Pohindakado/Minsawat (mantera mengirim komburongoh ke Libabou).

5. Setelah bertemu Kinorohingan, Komburongoh turun ke dunia dengan kekuatan sakti yang sudah diberikan oleh Kinorohingan untuk membolehkan dia berhadapan dengan Tompuan (orang bunian) tersebut. Bobolian kemudian pergi ke pohon besar di mana Tompuan itu tinggal dan kemudian mulai berdiplomasi dengan si Tompuan, supaya mengembalikan roh orang yang diculik oleh mereka. Tompuan dalam kepercayaan Dusun adalah sejenis bangsa roh ghaib yang sama dengan manusia, tapi hidup di alam lain. Mereka suka mendiami pokok-pokok besar di hutan hutan rimba. Sama seperti manusia, tidak semua roh ini jahat, tapi ada yang berperilaku jahat.
6. Dengan kekuatan dan kuasa yang sudah diberikan kepada si Komburongoh daripada Kinorohingan, maka Bobolian dapat menggunakan kuasa itu untuk mengugut roh jahat tersebut. Bobolian akan mengambil ayam kombura dan berkata kepada roh tersebut : “seperti leher ayam ini terputus ketika saya menyembelih ayam ini, demikianlah juga leher kamu jikalau kau tidak mau mengembalikan roh lelaki ini kepada saya”. Atau kadangkala babi digunakan untuk mengugut si roh jahat. Babi itu akan diikat kakinya, dan Bobolian akan mencucuk-cucuk tubuh babi itu sehingga babi itu kesakitan, dan seperti babi itu kesakitan kerana cucukan-cucukan dari benda tajam contohnya bambu oleh Bobolian, demikian juga si Tompuan kesakitan seperti dicucuk-cucuk. Si Tompuan yang tidak tahan lagi dengan deraan itu kemudian menyerah kalah dan mengembalikan roh orang yang sakit itu kepada Bobolian.
7. Jadi boleh dikatakan ayam dan babi pada konteks ini ialah hanya sebagai alat untuk mengancam si roh jahat supaya menuruti keinginan Bobolian. Sekiranya roh itu menolak untuk menuruti keinginan Bobolian, maka roh itu akan dikerjakan oleh Bobolian. Semua ini dapat dilakukan oleh Bobolian berkat kuasa yang diberikan oleh Kinorohingan kepada Komburongoh dan Bobolian. Dengan bantuan dari Kinorohingan, Bobolian baru dapat mengancam roh-roh jahat tersebut. Tanpa kuasa atau Sundu dari Kinorohingan, Bobolian sendiri tidak dapat melakukan apa-apa kepada roh-roh tersebut. Di sini kita dapat melihat peranan Komburongoh sebagai perantara antara Kinorohingan dan Bobolian, juga peranan sebenar binatang-binatang yang digunakan oleh Bobolian.
8. Jadi binatang selalunya hanya digunakan untuk mengancam roh-roh jahat. Dalam ritual Mitaru/Mipopol (upacara perdamaian dengan cara bersumpah) binatang digunakan sebagai simbol peringatan kepada orang yang “bersumpah” dalam suatu perjanjian damai. Bobolian akan berkata : “seperti leher ayam ini saya kelar dengan pisau, demikian jugalah terjadi kepada leher orang yang melanggar sumpah atau melanggar perjanjian”. Orang yang melanggar sumpah atau perjanjian damai akan ditimpa kecelakaan. Maka, binatang itu lebih kepada simbol kesetiaan dalam sumpah sekaligus meterai sumpah.
9. Mengenai binatang-binatang yang dipakai untuk tujuan persembahan darah, memang benar dilakukan sesetengah Bobolian, terutamanya Bobolian yang menggunakannya untuk tujuan negative, misalnya untuk tujuan mempraktikkan ilmu “sindaat” atau “lumpadang”. Ilmu jenis ini ini selalunya dipakai untuk membuat orang menjadi sakit, gila atau bahkan mati. Bobolian yang mengabdi kepada Tuhan yang mereka sebut Kinorohingan, tidak akan melakukan aktiviti jahat ini, kerana ia bertentangan dengan sifat Kinorohingan sebagai Tuhan.
(Ben Randawi – revision, 2018).
___________________________________

Share:

0 comments:

Post a Comment

Facebook